BISMILLAHIRAHMAANIRAHIM

SELAMAT DATANG DI BLOG "PELUKAN SANG ALAM

Find Out More Purchase Theme

Our Services

Lovely Design

Aqidah

Read More

Great Concept

Ibadah.

Read More

Development

Muamalah/Fiqih.

Read More

User Friendly

Hikmah

Read More

Recent Work

Kamis, 13 Januari 2022

FIQIH KHUTBAH NABI

        Kaifiyat  Khutbah Rasulullah

       Oleh : Harun Arrosyid, S.pd.I

 

Pengertian khutbah

Kata خطب  berasal dari kata الخطبة ,والمخاطبة,والتخاطب adalah المراجعة في الكلام (mengulang-ngulang perkataan), الخطبة dikhususkan dengan nasihat.(ar-Ragib al-Asfahani:152).

Khutbah ,Tablig dan Dakwah

 Secara umum bertujuan sama yaitu sebagai nasihat sekaligus peringatan untuk mentaati perintah Allah dan menjauhi larangannya.

 

Rasullah Saw. senantiasa memulai khutbahnya dengan membaca hamdan, tsanaan dan tasyahudan. Sebagaimana hadits berikut:

عن جابر رضي الله عنه قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يخطب الناس يحمد الله ويثني عليه بما هو أهله ثم يقول "من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وخير الحديث كتاب الله وخير الهدى هدى محمد وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة ضلالة".

Dari Jabir , ia mengatakan , Rasullah Saw. Apabila berkhotbah di hadapan orang-orang, beliau memuji kepada Allah dengan pujian yang memang ia ahlinya, kemudian beliau bersabda , Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah ,tidak siapa pun yang menyesatkan dia, dan barangsiapa disesatkan oleh Allah, tidak dapat siapapun memberi petunjuk kepadanya, sebaik-baik-Nya hadits adalah kitab Allah , sebaik-baiknya tuntunan adalah tuntunan Muhammad saw. Dan sejelek-jeleknya urusan adalah yang diada-adakan ( bidah) dan setiap bidah adalah kesesatan. Hr. Muslim , shahih muslim, I :380.

Redaksi tahmid yang matsur (diriwayatkansebagai ucapan  Rasullah Saw. sendiri)

وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: «عَلَّمَنَا رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - التَّشَهُّدَ فِي الْحَاجَةِ إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاَللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا. مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَيَقْرَأُ ثَلَاثَ آيَاتٍ» رَوَاهُ أَحْمَدُ، وَالْأَرْبَعَةُ، وَحَسَّنَهُ التِّرْمِذِيُّ، وَالْحَاكِمُ

Dari Abdullah ra. ia mengatakan ,Rasullah Saw. Mengajari kami tasyahud dalam  hajat, innalhamdalillah ... (segala puji milik Allah, kami memuji-Nya , kami memohon pertolongan-Nya, kami memohon ampunan-Nya, dan kami berlindung kepada Allah dari kejelekan diri kami, Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah ,tidak siapa pun yang menyesatkan dia, dan barangsiapa disesatkan oleh Allah, tidak dapat siapapun memberi petunjuk kepadanya. Kami bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan kami bersaksi bahwa Muhammad itu hamba-Nya dan utusan-Nya. ...(Hr. imam Ahmad, dan arbaah, dan tirmidzi telah menghasankannya dan hakim).  

Keterangan : memulai khutbah dengan tahmid itu sunnah Rasul , bahkan tahmid juga disebut Tasyahud karena Rasullah tidak pernah meninggalkannya, beliau senantiasa mengucapkan dua kalimat syhadat setelah tahmidnya, memuji Allah (Tahmid) dan membaca dua kalimat syahadat (tasyahud) merupakan paket untuk memulai khutbah.

Adapun maksud Fahamidallah wa atsna alaih bima huwa ahlahu adalah Tahmid dengan bacaan Tasyahud-Nya.

Perbedaan redaksional  atau tafsir yang berarti hamdan, tsanaan dan tasyahudan dibolehkan.

الْحَمْدُ لِلّهِ الّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللّهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ .................                                          

الْحَمْدُ لِلّهِ الّذِي يَتَرَاحَمُ عِبَادُهُ المُؤْمِنُوْنَ وَبِعِنَايَتِهِ وَبِتَوْفِقِيْهِ يَهْتَدُوْاالضَاّلُوْنَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.   أَمَّابَعْدُ

Memulai khutbah dengan salam

Sebagaimana hadits sebagai berikut:

قال رسول الله ص من بدأ الكلام قبل السلام فلا تجيبوه

                                                                                                                                                                                                                            

Artinya : Rasullah saw. Bersabda barang siapa yang memulai berbicara salam maka jangan ditanggapi. H.r. Abu Nuaim , Hilyatul Aulia , VIII: 199.

قال رسول الله ص من بدأ بالسؤال قبل السلام فلا تجيبوه                                                                                   

Artinya : dari Ibnu Umar , ia mengatakan Rasullah saw. Bersabda ,barangsiapa yang memulai dengan satu pertanyaan tanpa mendahuluinya dengan salam maka janganlah dijawab. H.r. attabrani , al mujamul ausath, I: 269.

Keterangan : Hadits ini dhoif karena pada sanadnya terdapat seorang rawi yang bernama Harun bin Muhammad ath-Thayibi . Ibnu main mengatakan bahwa ia itu Kadzab ( tukang dusta). Lisanul Mizan ,VI:181

Adapun salam liqo (bertemu) dan salam mufariqoh (berpisah dianjurkan)

Salam liqo ( salam bertemu(

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رضي الله عنه - قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - - حَقُّ اَلْمُسْلِمِ عَلَى اَلْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ....

Salam Mufariqoh (berpisah)

hadis riwayat Imam Abu Daud dan Imam Tirmidzi dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Nabi Saw bersabda;

إِذَا انْتَهَى أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَجْلِسِ فَلْيُسَلِّمْ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَقُومَ فَلْيُسَلِّمْ فَلَيْسَتِ الأُولَى بِأَحَقَّ مِنَ الآخِرَة                                         

Apabila salah seorang di antara kalian sampai di satu majelis, hendaklah ia mengucapkan salam. Lalu apabila ia hendak bangun (meninggalkan majelis), hendaklah ia pun mengucapkan salam. Tidaklah pertama lebih berhak daripada yang terakhir.

 

Khutbah diawali dengan membaca shalawat

 

عن أبي هريرة بلفظ: "كل أمر لم يُبْدأ فيه بحمد الله، والصلاة على فهو أقطع، أبتر، ممحوق من كل بركه

Artinya: setiap ucapan yang tidak dimulai dengan memuji Allah dan bershalawat kepadaku, maka tertupus, kosong dan terhapus dari barakah

 

 Keterangan : perlu diketahui redaksi hadist mengenai bacaan shalawat dalam khutbah bukanlah sabda nabi saw. Melainkan pernyataan yang disandarkan kepada seorang shabat Abu Huraerah tanpa menyebutkan itu merupakan sabda rasullah Saw. Secara sanad hadits ini mauquf. Di samping itu pada sanadnya terdapat rawi bernama ismail bin abu ziad as Syami yang dinyatakan matruk (pemalsu hadits) oleh ad Daraqutni. (lihat al mughni fid duafa libni jauzi, I: 113.

 

Benarkah para Shabat diantara Abu bakar, Umar bin khatab pernah mengucapkan shalawat dalam khutbahnya?

عن ابن عباس قال : قعد أبو بكر على منبر رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يوم سمي خليفة رسول الله فحمد الله وأثنى عليه ، وصلى على النبي - صلى الله عليه وسلم - ، ثم مد يده فوضعها على المجلس الذي كان النبي - صلى الله عليه وسلم - يجلس عليه من منبره ، ثم قال : سمعت الحبيب وهو جالس في هذا المجلس يتأول هذه الآية............                                                                                 . Artinya :dari Ibnu Abbas , ia berkata ,Abu Bakar duduk pada mimbar rasullah saw.pada hari dirinya disebut khalifah rasul, lalu ia memuji kepada Allah dengan pujian yang memang ia ahlinya dan bershalawat atas nabi, kemudian mengulurkan kedua tangannya, lalu menempatkannya pada tempat duduk yang pernah dipergunakan rasullah saw. Ketika khutbahnya, kemudian ia berkata, aku mendengar Rasullah saw. Mentakwil ayat ini yaayyuhal ladzina amanu...-(H.r. Ibnu Mardawaih, Alhindi , Kanzul Ummal, juz III :271.

 

Keterangan : riwayat ini tidak shahih karena menyalahi riwayat lainnya yang masyhur bahwa abu bakar pada saat itu berkhutbah tanpa membaca salawat. Hal ini seperti dalam riwayat H.r Ahmad, almausuatul Haditsiyyah , musnad al imam Ahmad, I : 178 , Abu Daud, Sunan Abu Daud, II : 323, Ibnu Majah , IV : 359-360, Abdu bin Humead, musnad Abdu Humaedi, Musnad abu Humaed.

 

Di samping hadits ini terdapat pula hadits hadits lainnya yang menerangkan tentang khutbah Umar tanpa salawat . seperti halnya dalam riwayat al-bukhori ,: 957, Muslim, shahih Muslim, II : 724, dan Abu daud , II : 182. Adapun hadits nya sebagai berikut:

عن ابن عمر قال خطب عمر (3032) حدّثنا أَبُو بَكْرِ بْنُ أبِى شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا عَلِىُّ بْنُ مُسْهِرٍ، عَنْ أبى حَيَّانَ، عَنِ الشّعْبِىِّ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: خَطَبَ عُمَرُ على منبر رسول الله صلى الله عليه وسلم فحمد الله وأثنى عليه ثم قال أما بعد ألا وإن الخمر نزل تحريمها يوم نزل وهي من خمسة أشياء من الحنطة والشعير والتمر والزبيب والعسل ....                                    

Artinya : dari ibnu Umar , ia mengatakan , Umar berkhutbah di atas mimbar Rasullah saw. Maka beliau memuji kepada Allah dan menyanjung Nya , kemudian beliau mengatakan . Amma badu, ingatlah bahwasanya khamer pengharamannya turun pada hari ( dimana) ia turun , yaitu dari lima macam; dari hinton (gandum),syair, tamr (kurma), zanib (anggur) , dan asl (madu)

 

Kesimpulan:

Khutbah dimulai dengan hamdan,tsanaan dan tasyahudan disunnahkan

Khutbah dimulai dengan bacaan salam ,shalawat dan bismillah tidak disunnahkan.


Jumat, 10 Desember 2021

 

Keturunan Yang DiBerkahi

Seorang shahabat dari golongan perempuan Ummu Sulaem, Ummu Sulaem  adalah nama kunyah-nya (sebutan yang diberikan orang), sedangkan nama aslinya adalah Sahlah. Tetapi ada juga yang menyebutnya Rumaitsah, Mulaikah, Ghumaisha, dan Rumaisha. AnNawawi XVI:229/Dalilul Falihin, I:183.

Sebelum masuk Islam dan menjadi sahabat Rasulullah saw., Ummu Sulaem mempunyai suami yang bernama Malik. Ia (Malik) mati terbunuh sebelum masuk Islam. Dari perkawinannya dengan Malik, Ummu Sulaem dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Anas, yang kemudian dikenal dengan sebutan Anas bin Malik. Anas menjadi pelayan Rasulullah saw. sejak ia berumur sepuluh tahun hingga Rasululah saw. wafat. Anas termasuk orang yang paling subur dengan anak, menurut sebagian riwayat ia mempunyai seratus anak, ada juga yang mengatakan ia mempunyai delapan puluh anak, yaitu 78 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Dan kesemua itu ia peroleh di antaranya berkat doa Rasululullah saw., sebagaimana riwayat,

Dari Ummu Sulaem, ia berkata, “Wahai Rasulullah saw. Anas adalah pelayanmu, (karena itu) doakanlah dia. Maka beliau berdoa, ‘Ya Allah banyakkanlah dia hartanya dan anaknya, dan berkahilah dia atas semua yang Engkau berikan kepadanya.’” H.r. Muslim/ An-Nawawi, XVI:257. At-Tirmidzi, V:346.

Sesudah masul Islam dan menjadi sahabat Rasulullah saw. Ummu Sulaem termasuk orang yang beruntung, karena ia termasuk salah seorang sahabat perempuan yang disayangi oleh Rasulullah saw., dan ruhamnya sering dikunjunginya Anas bin Malik menceritakan:

Dari Anas r.a., ia berkata, “Rasulullah saw. tidak masuk ke rumah salah seorang perempuan kecuali ke rumah istri-istrinya, kecuali beliau ke rumah Ummu Sulaem, beliau sering mengunjunginya. Kemudian ditanyakan kepada beliau tentang hal itu, maka sabdanya, ‘Sesungguhnya aku menyayanginya dan saudaranya (Ummu Haram) terbunuh (dalam suatu peperangan) bersamaku.’” H.r. Muslim/An-Nawawi, XVI:228.

Selain disayangi dan rumahnya sering dikunjungi Rasulullah, Ummu Sulaem pun termasuk seseorang yang dinyatakan Rasulullah saw. sebagai ahli surga. Sebagaimana diriwyatkan dalam keterangan;

Dari Jabir bin Abdullah r.a. , bahwasanya Raulullah saw. bersabda, “Diperlihatkan kepadaku surga, tiba-tiba aku melihat (Ummu Sulaem) istrinya Abu Thalhah (di dalamnya), kemudian aku mendengar (suara) gemerincing di depanku, ternyata ia itu Bilal.” H.r. Muslim/An-Nawawi, XVI:229.

Pada suatu ketika Ummu Sulaem dilamar oleh Zaid bin Sahl al-Anshari, seorang yang terkenal dengan kunyahnya Abu Talhah. Maka atas lamaran itu Ummu Sulaem menjawab,

Demi Allah, wahai Abu Talhah, orang semacam engkau tidak layak (lamarannya) ditolak. Tetapi engkau adalah seorng kafir, sedangkan aku seorang muslim, dan tidak halal bagiku untuk menikah denganmu. Tetapi bila engkau masuk Islam, maka itulah sebagai maharmu untukku, dan aku tidak meminta mahar kepadamu dalam bentuk yang lainnya. Kemudian Abu Talhah masuk Islam, dan itulah (keislaman Abu Talhah) sebagai maharnya. H.r. An-Nasai, VI:114.

Dari perkawinannya dengan Abu Talhah, Ummu Sulaem dikaruniai seorang laki-laki yang diberi uknyah Abu Umair. Ia tumbuh dengan sehat dan selalu riang, parasnya tampan, dan sangat disayangi oleh Abu Talhah. Kesehariannya Abu Umair bermain-main dengan burung peliharaan, yaitu burung “Nughaer”.

Pada suatu hari Rasulullah saw. kebetulan singgah ke rumah Ummu Sulaem, kelihatan oleh Rasulullah saw. muka Abu Umair muram saja, lalu beliau bertanya, “Mengapa Abu Umair bermuram muka dan tampak kurang riang.” Maka Ummu Sulaem menjawab, ”Burung Nughaer Abu Umair mati.” Mendengar berita itu, maka semenjak itu Rasulullah saw. sering mengusik Abu Umair jka kebetulan beliau bertemu. Beliau selalu menyapa dengan kata-kata,

Wahai Abu Umair, apa yang terjadi dengan burung Nughaermu?

Pada suatu hari Abu Umair sakit, hingga Abu Talhah sangat bersedih dan gelisah, karena itu ia sering bolak-balik ke rumah Rasulullah saw. Ummu Sulaem pun mengerti dan memahami sikap suaminya itu, betapa tidak, anak yang dicintai dan disayanginya kini berbaring sakit. Namun apa daya, bila sudah berhadapan dengan takdir Allah.

Akhirnya kehendak Allah datang, Abu Umair meninggal dunia pada waktu Abu Talhah sedang tidak ada di rumah. Ummu Sulaem berusaha menabahkan diri dan menguatkan imannya, ia senantiasa berusaha sedapat mungkin memperkecil atau mengalihkan kesedihan menjadi kegembiraan. Ia menanam dan memetika keriangan dan kebahagiaan disela-sela musibah, ia yakin akan rahmat Allah yang senantiasa tecurah kepada hamba-Nya. Ummu Sulaem tidak ingin merusuhkan suaminya yang sedemikian besar cinta dan kasih sayang kepada anaknya yang hanya satu  itu. Ia selalu memelihara suasana riang gembira dalam rumah tangganya, ia tidak suka mengganggu ketentraman suaminya.

Kemudian Ummu Sulaem mengurus mayat anaknya, ia memandikannya tanpa memberitahu kepada yang lain selain anaknya Anas bin Malik, lalu ia berpesan agar peristiwa itu sementara dirahasiakan dahulu, jangan diceritakan kepada Abu Talhah, biarlah saya sendiri yang akan memberitahukan kepadanya. Kemudian mayat anaknya itu ditidurkan di sebuah sudut rumahnya. Setelah itu Ummu Sulaem berdandan dan mengenakan pakaian yang terbaik, memasak makanan yang lezat untuk menyambut suaminya yang sebentar lagi akan datang.

Kemudian suaminya datang seraya menanyakan anaknya,

Bagaimanakah keadaan anakku?

Ummu Sulaem menjawab dengan kata-kata yang samar,

Ia lebih tenang keadaannya dari semula.

Kemudian Ummu Sulaem segera menghidangkan makan malam, lalu Abu Talhah pun makan, kemudian diajaknya bergurau hingga terjadilah persetubuhan. Pada malam itu suaminya dapat makan dengan nikmat, dan dapat tidur dengan pulas dan nyenyak.

Keesokan harinya, pada waktu subuh, baru rahasia itu dibuka. Ummu Sulaem berkata :

Wahai Abu Talhah, bagaimana pendapatmu kalau seseorang meminjamkan sesuatu kepada satu keluarga, tiba-tiba (pemilik barang) itu meminta kembali pinjamanya itu, apakah boleh keluarga yang dipinjami menolak? Abu Talhah menjawab, “Tidak boleh.” Lalu aku berkata, “Relakanlah anakmu kepada Allah.”

Maka marahlah Abu Talhah sambil berkata,

Mengapa engkau sembunyikan berita itu sehingga telah bersenang-senang denganmu “.

Kemudian Ummu Sulaem menyambung perkataannya, “Bahwa anak itu adalah pinjaman, dan Allah meminta agar kita mengembalikannya.” Setelah mendengar perkataan istrinya yang begitu bermakna, akhirnya Abu Talhah sadar dan rida akan ketetapan Allah. Kemudian Abu Talhah segera memberitahukan kepada Rasulullah saw. segala kejadian malam itu. Maka Rasulullah saw. mendoakan Abu Talhah dan Ummu Sulaem.

Semoga Allah memberkahi kamu berdua dalam malam itu. H.r. Muslim/An-Nawawi, XVI:230.

Doa Rasulullah saw. diijabah. Kemudian hamillah Ummu Sulem. Lalu lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Abdullah, yang kemudian Abdullah ini menpunyai sembilan anak, kesemuanya telah hafal Alquran. Dalam riwayat ini terlukis betapa megah dan bangganya seseorang yang mendapat karunia cucu yang telah hafal Alquran.

Abu Talhah beserta istrinya adalah sepasang suami istri yang utama, yang layak dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari bagi rumah tangga Islam dan juga dalam masyaraktnya.

 

 

 

 

 

 

Selasa, 02 November 2021

                                                                ANTARA BERSYUKUR DAN BERSABAR

bismillah ...Hai kawan blog sudahkah anda bersyukur dan bersabar hari ini....??

seiring berputarnya roda kehidupan , masalah kita  silih berganti terkadang kita senang dan sedih .karena hal itu merupakan misteri ilahi yang kita wajib imani dengan kata lain takdir baik ataupun buruk. idealnya bagi seorang masalah itu dianggap suatu keunikan bahkan peluang pahala baginya samapai sejauhmana kekuatan aqidah nya jika dihadapkan kepada kondisi tersebut. sebagaimana dalam hadits nabi saw.

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)


Minggu, 02 Mei 2021

Tata Cara Memandikan Jenazah


Rabu, 30 Januari 2019

Tatacara Shalat Mayit

Jumat, 03 November 2017

Renungan Masa Now



LAWAN PERJUANGAN

Oleh :
Wawa Suryana H., Apad R.A., Maman R., Suryanto H.A.

Di dalam Alquran diterangkan dengan tegas dan jelas bahwa bagi setiap nabi, Allah telah menyediakan musuh dan lawan perjuangannya,
Dan seperti itulah, Kami sediakan bagi tiap-tiap nabi musuh dari orang-orang berdosa. Q.s. Al-Furqan:31
Mujrimin adalah sekelompok orang yang hidupnya seperti burung elang. Dia bisa hidup dengan cara membunuh, gemuk dengan jalan menguruskan orang lain, berkuasa melalui penindasan, kaya dengan cara memeras bawahan, kuat dengan cara memperdaya yang lemah, dan mulia dengan jalan memperhambasahayakan sesama manusia. Hati mereka penuh dengan dendam kesumat, dirinya disibukkan dengan menebar fitnah, menumbuhkan permusuhan, selalu berupaya dan berusaha memadamkan cahaya (agama) Allah, dan bertekad untuk memusnahkan hak dan kebenaran.
Dari sekian banyak kelompok mujrimin, hanya satu orang saja yang nama dan kisahnya diabadikan dalam Alquran yaitu Abu Lahab.
Abu Lahab adalah salah seorang uwak Rasulullah saw., nama aslinya Abdul Uzza bin Abdul Muthalib, dan kunyahnya adalah Abu Utaibah. Adapun ia diberi kunyah Abu Lahab (bapak kobaran api) disebabkan mukanya merah, seolah-olah kobaran api. Ia sangat membenci dan memusuhi Rasulullah, karena itu ia sering menyakitinya, mengganggunya, dan ia berusaha dengan mencurahkan seluruh kemampuannya untuk merintangi dan membendung agama yang dibawanya. Oleh sebab itu, kapan saja ia mendengar Rasulullah akan mendatangi suatu kaum, maka ia selalu siap menggagalkannya. Jika sempat ia datang mendahului Rasulullah, lalu menghasut orang-orang supaya menolak dakwahnya itu, dan jika tidak sempat mendahului Rasulullah,  ia datang setelah Rasulullah selesai berdakwah, lalu menghapus semua ucapan dan ajakan Rasulullah itu, atau ia turut hadir mendengarkan dakwah Rasulullah, tetapi kemudin ia berteriak-teriak dengan kata-kata “Perusak agama, pendusta, pembawa kesesatan, penghina Latta dan Uzza, karena itu jangan didengar dan jangan diturut.”
Rabi’ah bin Abbad menceritakan, “Pada masa jahiliyah di pasar Dzilmajaz saya melihat seseorang yang tegap dan berparas bersih (Rasulullah) sedang berdakwah, yaitu menerangkan,
‘Hai sekalian manusia ucapkanlah laa illaha illallah, niscaya kalian akan beruntung’.

Lalu orang-orang berkumpul mengerumuninya, di antara yang turut hadir ada seseorang yang berambut panjang terutai sampai pundak, mukanya merah, matanya juling, dan ia berteriak dengan kata-kata
(arab)
‘Sesungguhnya dia perusak agama dan pendusta’.
Ia terus menerus membuntuti orang yang tegap dan berparas bersih itu ke manapun dia pergi. Kemudian Aku (Rabi’ah) bertanya kepada orang-orang yang ada di situ, mereka menjawab bahwa orang itu adalah Abu Lahab uwak Rasulullah saw.” H.r. Ahmad, Tafsir Ibnu Katsir, IV:551
Rasulullah saw. tetap meneruskan dakwahnya sekalipun kelompok mujrimin terus giat berusaha merintanginya dengan berbagai cara, dan Abu Lahab-lah orang yang paling giat, ia bersama istrinya menyibukkan diri untuk mengagalkan dakwah dan risalah yang dibawa Rasulullah.
Abu Lahab merasa dirinya kaya, banyak harta, karena itu ia beranggapan bahwa dengan harta itu ia akan kekal dalam kesenangan, usahanya pasti akan berhasil. Ia pernah berkata,
“Apabila apa yang dikatakan keponakan saya (Muhammad) itu benar, maka nanti pada hari kiamat saya akan menebus diri saya dari siksa yang pedih, dengan harta dan anak-anak saya”. Tafsir Ibnu Katsir, IV:551
Tetapi Abu Lahab tidak mampu membantah kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah. Oleh karena itu, ketika Rasulullah saw. mengundang orang-orang Mekah untuk berkumpul pada sebuah bukit ia menyaksikan sendiri pengaruh Rasulullah itu sangat besar, terbukti semua yang diundang hadir.
Ibnu Abbas menceritakan, “Setelah turun ayat;
“Dan berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang dekat” (Q.s. Asy-Syu’ara:214). Maka Rasulullah saw. segera naik ke atas bukit Shafa kemudian berseru, “Wahai Bani Fihr, wahai Bani Adi dan suku-suku Quraisy yang lain…! Hingga mereka berkumpul. Orang yang berhalangan hadir pun mengirimkan wakil untuk melihat apa yang sedang terjadi. Demikian pula Abu Lahab bersama beberapa pemuka Quraisy turut hadir. Kepada mereka Rasulullah saw. bertanya, ‘Apa pendapat kalian jika kukabarkan bahwa di lembah ini ada sepasukan kuda yang hendak menyerang kalian, apakah kalian mempercayaiku?’ Mereka menyahut, ‘Ya tentu percaya, kami belum pernah mempunyai pengalaman bersama engkau kecuali kejujuran.’ Kemudian beliau melanjutkan ucapannya, ‘Sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian sebelum datangnya adzab yang pedih.’ Mendengar demikian maka Abu Lahab berkata:
“Celakalah engkau untuk selama-lamanya. Untuk inikah engkau mengumpulkan kami semua”?
Sehubungan dengan itu, maka turunlah surat;
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya di akan binasa. Tidak memberi faidah baginya harta dan apa yang ia usahakan. Kelak ia akan masuk ke dalam api neraka yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang dilehernya ada tali dari sabut”. Al-Lahab:1-5, H.r. Al-Bukhari, VI:17
Istri Abu Lahab termasuk di antara pemuka Quraisy, yaitu bernama Arwa binti Harb bin Umayyah, ia adalah saudara perempuan Abu Sufyan, dan gelarnya adalah Ummu Jamil.
Asma binti Abu Bakar menceritakan, “Tatkala mendengar Rasulullah saw. telah menerima wahyu surat Al-Lahab, maka Ummu Jamil binti Harb sangat marah, kemudian ia datang ke tempat Rasulullah saw. dengan membawa kayu pemukul. Ketika itu Rasulullah saw. sedang duduk di mesjid bersama Abu Bakar. Lalu Abu Bakar bertanya kepadanya, “Seandainya ia melihatmu pasti ia akan menyakitimu.” Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya ia tidak akan melihatku.”
Dan ketika Ummu Jamil sudah berhadap-hadapan dengan Rasululah saw. yang pada saat itu ada di sebelah Abu Bakar, apa yang disabdakan Rasululah saw. itu benar, bahwa Ummu Jamil tidak melihat Rasulullah saw. hingga selamatlah beliau dari ancaman Al-‘Aura (perempuan pecak) itu.
Bagi Ummu Jamil sangat berat untuk mengatakan Muhammad, karena artinya terpuji, karena itu ia menggantinya dengan kata-kata yang penuh celaan dan ejekan, Muadzmman, ia berkata,
“Yang penuh dengan cela dan ejekan, saya tolak dia, dan agamanya aku tinggalkan, dan kepada perintahnya aku durhakai”. Tafsir Ibnu Katsir, VI:522
Ummu Jamil termasuk perempuan yang berpengaruh dan kaya. Ia mempunyai sebuah kalung yang sangat mahal harganya. Demi untuk mengagalkan dakwah Islam yang dibawakan Rasulullah, ia rela mengorbankan kalung itu dan berkata,
“Aku pasti akan menafkahkan (sebgai modal) untuk menggagalkan dakwah Muhammad”.
Dalam surat itu Ummu Jamil diberi gelar “Hammalaatal hathab” (pembawa kayu bakar), yang setiap harinya ia sibuk membakar hati suaminya (Abu Lahab) supaya semakin membenci Rasulullah saw. ia selalu menghina Rasulullah dengan perkataan si fakir, bahkan ia sering menyimpan najis di depan Rasulullah saw. dan menyebarkan duri di jalan yang biasa dilewati Rasulullah saw. Ia berjuang mati-matian dengan harta, tenaga, dan fikirannya untuk menggagalkan dakwah Rasulullah saw.
Semua usaha Abu Lahab dan istrinya yang sudah menghabiskan harta, menguras tenaga dan fikiran dalam rangka menggagalkan dakwah yang disampaikan Rasulullah saw. selain sekadar sia-sia, dirinya pun binasa, ia dan istrinya akan masuk neraka yang apinya menyala-nyala.
Pada peristiwa perang Badar Abu Lahab tidak ikut pergi bersama kaumnya, ia mengirim seorang wakil dengan imbalan orang tersebut dibebaskan dari hutangnya. Dan ketika mendengar berita tentang kekalahan kaumnya dan kemenangan yang gilang gemilang diperoleh Rasulullah, maka Abu Lahab jatuh sakit, ia terkena penyakit Al-A’dasah (semacam penyakit yang menjijikan) hingga tidak seorangpun yang mau dekat dengannya karena jijik dan bau yang sangat membusuk, badan dan jiwanya terganggu, istrinya ia sergap lalu dicakar-cakar.
Selang beberapa hari setelah itu Abu Lahab mati dan orang pun masih tidak ada yang mau mendekatinya. Badannya dibiarkan tergeletak beberapa hari, tidak ada yang mau menguburkannya. Akhirnya ia diseret menggunakan kayu dan tidak ada yang berani menyentuhnya lalu bangkainya dimasukkan ke dalam lubang kubur.
Bagaimanapun giat dan kuatnya upaya dan usaha kelompok Mujrimin dalam menentang dan memadamkan agama Allah, maka cahaya (agama) Allah tetap akan menyala tidak akan padam.
“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut-mulut mereka, padahal Allah hendak menyempurnakan cahaya (agama)-Nya, walaupun tidak disukai oleh orang-orang kafir”. Q.s. Ash-Shaff:8

 

 

Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Contact

Talk to us

Bila kamu ada Problem masalah agama ,tinggalkan komentar, insyallah kami bantu .

Address:

Jl. Cangkuang bandung

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

089634567776

Cari Blog Ini

Pelukan Sang Alam. Diberdayakan oleh Blogger.

FIQIH KHUTBAH NABI

           Kaifiyat   Khutbah Rasulullah         Oleh : Harun Arrosyid, S.pd.I   Pengertian khutbah Kata خطب   berasal dari kata الخ...

Pengikut