BISMILLAHIRAHMAANIRAHIM

SELAMAT DATANG DI BLOG "PELUKAN SANG ALAM

Find Out More Purchase Theme

Our Services

Lovely Design

Aqidah

Read More

Great Concept

Ibadah.

Read More

Development

Muamalah/Fiqih.

Read More

User Friendly

Hikmah

Read More

Recent Work

Jumat, 03 November 2017

Renungan Masa Now

Renungan Masa Now



LAWAN PERJUANGAN

Oleh :
Wawa Suryana H., Apad R.A., Maman R., Suryanto H.A.

Di dalam Alquran diterangkan dengan tegas dan jelas bahwa bagi setiap nabi, Allah telah menyediakan musuh dan lawan perjuangannya,
Dan seperti itulah, Kami sediakan bagi tiap-tiap nabi musuh dari orang-orang berdosa. Q.s. Al-Furqan:31
Mujrimin adalah sekelompok orang yang hidupnya seperti burung elang. Dia bisa hidup dengan cara membunuh, gemuk dengan jalan menguruskan orang lain, berkuasa melalui penindasan, kaya dengan cara memeras bawahan, kuat dengan cara memperdaya yang lemah, dan mulia dengan jalan memperhambasahayakan sesama manusia. Hati mereka penuh dengan dendam kesumat, dirinya disibukkan dengan menebar fitnah, menumbuhkan permusuhan, selalu berupaya dan berusaha memadamkan cahaya (agama) Allah, dan bertekad untuk memusnahkan hak dan kebenaran.
Dari sekian banyak kelompok mujrimin, hanya satu orang saja yang nama dan kisahnya diabadikan dalam Alquran yaitu Abu Lahab.
Abu Lahab adalah salah seorang uwak Rasulullah saw., nama aslinya Abdul Uzza bin Abdul Muthalib, dan kunyahnya adalah Abu Utaibah. Adapun ia diberi kunyah Abu Lahab (bapak kobaran api) disebabkan mukanya merah, seolah-olah kobaran api. Ia sangat membenci dan memusuhi Rasulullah, karena itu ia sering menyakitinya, mengganggunya, dan ia berusaha dengan mencurahkan seluruh kemampuannya untuk merintangi dan membendung agama yang dibawanya. Oleh sebab itu, kapan saja ia mendengar Rasulullah akan mendatangi suatu kaum, maka ia selalu siap menggagalkannya. Jika sempat ia datang mendahului Rasulullah, lalu menghasut orang-orang supaya menolak dakwahnya itu, dan jika tidak sempat mendahului Rasulullah,  ia datang setelah Rasulullah selesai berdakwah, lalu menghapus semua ucapan dan ajakan Rasulullah itu, atau ia turut hadir mendengarkan dakwah Rasulullah, tetapi kemudin ia berteriak-teriak dengan kata-kata “Perusak agama, pendusta, pembawa kesesatan, penghina Latta dan Uzza, karena itu jangan didengar dan jangan diturut.”
Rabi’ah bin Abbad menceritakan, “Pada masa jahiliyah di pasar Dzilmajaz saya melihat seseorang yang tegap dan berparas bersih (Rasulullah) sedang berdakwah, yaitu menerangkan,
‘Hai sekalian manusia ucapkanlah laa illaha illallah, niscaya kalian akan beruntung’.

Lalu orang-orang berkumpul mengerumuninya, di antara yang turut hadir ada seseorang yang berambut panjang terutai sampai pundak, mukanya merah, matanya juling, dan ia berteriak dengan kata-kata
(arab)
‘Sesungguhnya dia perusak agama dan pendusta’.
Ia terus menerus membuntuti orang yang tegap dan berparas bersih itu ke manapun dia pergi. Kemudian Aku (Rabi’ah) bertanya kepada orang-orang yang ada di situ, mereka menjawab bahwa orang itu adalah Abu Lahab uwak Rasulullah saw.” H.r. Ahmad, Tafsir Ibnu Katsir, IV:551
Rasulullah saw. tetap meneruskan dakwahnya sekalipun kelompok mujrimin terus giat berusaha merintanginya dengan berbagai cara, dan Abu Lahab-lah orang yang paling giat, ia bersama istrinya menyibukkan diri untuk mengagalkan dakwah dan risalah yang dibawa Rasulullah.
Abu Lahab merasa dirinya kaya, banyak harta, karena itu ia beranggapan bahwa dengan harta itu ia akan kekal dalam kesenangan, usahanya pasti akan berhasil. Ia pernah berkata,
“Apabila apa yang dikatakan keponakan saya (Muhammad) itu benar, maka nanti pada hari kiamat saya akan menebus diri saya dari siksa yang pedih, dengan harta dan anak-anak saya”. Tafsir Ibnu Katsir, IV:551
Tetapi Abu Lahab tidak mampu membantah kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah. Oleh karena itu, ketika Rasulullah saw. mengundang orang-orang Mekah untuk berkumpul pada sebuah bukit ia menyaksikan sendiri pengaruh Rasulullah itu sangat besar, terbukti semua yang diundang hadir.
Ibnu Abbas menceritakan, “Setelah turun ayat;
“Dan berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang dekat” (Q.s. Asy-Syu’ara:214). Maka Rasulullah saw. segera naik ke atas bukit Shafa kemudian berseru, “Wahai Bani Fihr, wahai Bani Adi dan suku-suku Quraisy yang lain…! Hingga mereka berkumpul. Orang yang berhalangan hadir pun mengirimkan wakil untuk melihat apa yang sedang terjadi. Demikian pula Abu Lahab bersama beberapa pemuka Quraisy turut hadir. Kepada mereka Rasulullah saw. bertanya, ‘Apa pendapat kalian jika kukabarkan bahwa di lembah ini ada sepasukan kuda yang hendak menyerang kalian, apakah kalian mempercayaiku?’ Mereka menyahut, ‘Ya tentu percaya, kami belum pernah mempunyai pengalaman bersama engkau kecuali kejujuran.’ Kemudian beliau melanjutkan ucapannya, ‘Sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian sebelum datangnya adzab yang pedih.’ Mendengar demikian maka Abu Lahab berkata:
“Celakalah engkau untuk selama-lamanya. Untuk inikah engkau mengumpulkan kami semua”?
Sehubungan dengan itu, maka turunlah surat;
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya di akan binasa. Tidak memberi faidah baginya harta dan apa yang ia usahakan. Kelak ia akan masuk ke dalam api neraka yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang dilehernya ada tali dari sabut”. Al-Lahab:1-5, H.r. Al-Bukhari, VI:17
Istri Abu Lahab termasuk di antara pemuka Quraisy, yaitu bernama Arwa binti Harb bin Umayyah, ia adalah saudara perempuan Abu Sufyan, dan gelarnya adalah Ummu Jamil.
Asma binti Abu Bakar menceritakan, “Tatkala mendengar Rasulullah saw. telah menerima wahyu surat Al-Lahab, maka Ummu Jamil binti Harb sangat marah, kemudian ia datang ke tempat Rasulullah saw. dengan membawa kayu pemukul. Ketika itu Rasulullah saw. sedang duduk di mesjid bersama Abu Bakar. Lalu Abu Bakar bertanya kepadanya, “Seandainya ia melihatmu pasti ia akan menyakitimu.” Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya ia tidak akan melihatku.”
Dan ketika Ummu Jamil sudah berhadap-hadapan dengan Rasululah saw. yang pada saat itu ada di sebelah Abu Bakar, apa yang disabdakan Rasululah saw. itu benar, bahwa Ummu Jamil tidak melihat Rasulullah saw. hingga selamatlah beliau dari ancaman Al-‘Aura (perempuan pecak) itu.
Bagi Ummu Jamil sangat berat untuk mengatakan Muhammad, karena artinya terpuji, karena itu ia menggantinya dengan kata-kata yang penuh celaan dan ejekan, Muadzmman, ia berkata,
“Yang penuh dengan cela dan ejekan, saya tolak dia, dan agamanya aku tinggalkan, dan kepada perintahnya aku durhakai”. Tafsir Ibnu Katsir, VI:522
Ummu Jamil termasuk perempuan yang berpengaruh dan kaya. Ia mempunyai sebuah kalung yang sangat mahal harganya. Demi untuk mengagalkan dakwah Islam yang dibawakan Rasulullah, ia rela mengorbankan kalung itu dan berkata,
“Aku pasti akan menafkahkan (sebgai modal) untuk menggagalkan dakwah Muhammad”.
Dalam surat itu Ummu Jamil diberi gelar “Hammalaatal hathab” (pembawa kayu bakar), yang setiap harinya ia sibuk membakar hati suaminya (Abu Lahab) supaya semakin membenci Rasulullah saw. ia selalu menghina Rasulullah dengan perkataan si fakir, bahkan ia sering menyimpan najis di depan Rasulullah saw. dan menyebarkan duri di jalan yang biasa dilewati Rasulullah saw. Ia berjuang mati-matian dengan harta, tenaga, dan fikirannya untuk menggagalkan dakwah Rasulullah saw.
Semua usaha Abu Lahab dan istrinya yang sudah menghabiskan harta, menguras tenaga dan fikiran dalam rangka menggagalkan dakwah yang disampaikan Rasulullah saw. selain sekadar sia-sia, dirinya pun binasa, ia dan istrinya akan masuk neraka yang apinya menyala-nyala.
Pada peristiwa perang Badar Abu Lahab tidak ikut pergi bersama kaumnya, ia mengirim seorang wakil dengan imbalan orang tersebut dibebaskan dari hutangnya. Dan ketika mendengar berita tentang kekalahan kaumnya dan kemenangan yang gilang gemilang diperoleh Rasulullah, maka Abu Lahab jatuh sakit, ia terkena penyakit Al-A’dasah (semacam penyakit yang menjijikan) hingga tidak seorangpun yang mau dekat dengannya karena jijik dan bau yang sangat membusuk, badan dan jiwanya terganggu, istrinya ia sergap lalu dicakar-cakar.
Selang beberapa hari setelah itu Abu Lahab mati dan orang pun masih tidak ada yang mau mendekatinya. Badannya dibiarkan tergeletak beberapa hari, tidak ada yang mau menguburkannya. Akhirnya ia diseret menggunakan kayu dan tidak ada yang berani menyentuhnya lalu bangkainya dimasukkan ke dalam lubang kubur.
Bagaimanapun giat dan kuatnya upaya dan usaha kelompok Mujrimin dalam menentang dan memadamkan agama Allah, maka cahaya (agama) Allah tetap akan menyala tidak akan padam.
“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut-mulut mereka, padahal Allah hendak menyempurnakan cahaya (agama)-Nya, walaupun tidak disukai oleh orang-orang kafir”. Q.s. Ash-Shaff:8

 

 

Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Contact

Talk to us

Bila kamu ada Problem masalah agama ,tinggalkan komentar, insyallah kami bantu .

Address:

Jl. Cangkuang bandung

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

089634567776

Cari Blog Ini

Pelukan Sang Alam. Diberdayakan oleh Blogger.

FIQIH KHUTBAH NABI

           Kaifiyat   Khutbah Rasulullah         Oleh : Harun Arrosyid, S.pd.I   Pengertian khutbah Kata خطب   berasal dari kata الخ...

Pengikut