Keturunan Yang DiBerkahi
Seorang shahabat dari
golongan perempuan Ummu Sulaem, Ummu Sulaem adalah nama kunyah-nya (sebutan yang
diberikan orang), sedangkan nama aslinya adalah Sahlah. Tetapi ada juga
yang menyebutnya Rumaitsah, Mulaikah, Ghumaisha, dan Rumaisha. AnNawawi
XVI:229/Dalilul Falihin, I:183.
Sebelum masuk Islam dan
menjadi sahabat Rasulullah saw., Ummu Sulaem mempunyai suami yang bernama
Malik. Ia (Malik) mati terbunuh sebelum masuk Islam. Dari perkawinannya dengan
Malik, Ummu Sulaem dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Anas, yang
kemudian dikenal dengan sebutan Anas bin Malik. Anas menjadi pelayan Rasulullah
saw. sejak ia berumur sepuluh tahun hingga Rasululah saw. wafat. Anas termasuk
orang yang paling subur dengan anak, menurut sebagian riwayat ia mempunyai
seratus anak, ada juga yang mengatakan ia mempunyai delapan puluh anak, yaitu
78 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Dan kesemua itu ia peroleh di antaranya
berkat doa Rasululullah saw., sebagaimana riwayat,
Dari Ummu Sulaem, ia
berkata, “Wahai Rasulullah saw. Anas adalah pelayanmu, (karena itu)
doakanlah dia. Maka beliau berdoa, ‘Ya Allah banyakkanlah dia hartanya dan
anaknya, dan berkahilah dia atas semua yang Engkau berikan kepadanya.’” H.r.
Muslim/ An-Nawawi, XVI:257. At-Tirmidzi, V:346.
Sesudah masul Islam dan
menjadi sahabat Rasulullah saw. Ummu Sulaem termasuk orang yang beruntung,
karena ia termasuk salah seorang sahabat perempuan yang disayangi oleh
Rasulullah saw., dan ruhamnya sering dikunjunginya Anas bin Malik menceritakan:
Dari Anas r.a., ia berkata,
“Rasulullah saw. tidak masuk ke rumah salah seorang perempuan kecuali ke
rumah istri-istrinya, kecuali beliau ke rumah Ummu Sulaem, beliau sering
mengunjunginya. Kemudian ditanyakan kepada beliau tentang hal itu, maka
sabdanya, ‘Sesungguhnya aku menyayanginya dan saudaranya (Ummu Haram) terbunuh
(dalam suatu peperangan) bersamaku.’” H.r. Muslim/An-Nawawi, XVI:228.
Selain disayangi dan
rumahnya sering dikunjungi Rasulullah, Ummu Sulaem pun termasuk seseorang yang
dinyatakan Rasulullah saw. sebagai ahli surga. Sebagaimana diriwyatkan dalam
keterangan;
Dari Jabir bin Abdullah
r.a. , bahwasanya Raulullah saw. bersabda, “Diperlihatkan kepadaku
surga, tiba-tiba aku melihat (Ummu Sulaem) istrinya Abu Thalhah (di dalamnya),
kemudian aku mendengar (suara) gemerincing di depanku, ternyata ia itu Bilal.” H.r.
Muslim/An-Nawawi, XVI:229.
Pada suatu ketika Ummu
Sulaem dilamar oleh Zaid bin Sahl al-Anshari, seorang yang terkenal dengan
kunyahnya Abu Talhah. Maka atas lamaran itu Ummu Sulaem menjawab,
Demi Allah, wahai Abu
Talhah, orang semacam engkau tidak layak (lamarannya) ditolak. Tetapi engkau
adalah seorng kafir, sedangkan aku seorang muslim, dan tidak halal bagiku untuk
menikah denganmu. Tetapi bila engkau masuk Islam, maka itulah sebagai maharmu
untukku, dan aku tidak meminta mahar kepadamu dalam bentuk yang lainnya.
Kemudian Abu Talhah masuk Islam, dan itulah (keislaman Abu Talhah) sebagai
maharnya. H.r. An-Nasai, VI:114.
Dari perkawinannya dengan
Abu Talhah, Ummu Sulaem dikaruniai seorang laki-laki yang diberi uknyah Abu
Umair. Ia tumbuh dengan sehat dan selalu riang, parasnya tampan, dan sangat
disayangi oleh Abu Talhah. Kesehariannya Abu Umair bermain-main dengan burung
peliharaan, yaitu burung “Nughaer”.
Pada suatu hari Rasulullah
saw. kebetulan singgah ke rumah Ummu Sulaem, kelihatan oleh Rasulullah saw.
muka Abu Umair muram saja, lalu beliau bertanya, “Mengapa Abu Umair bermuram
muka dan tampak kurang riang.” Maka Ummu Sulaem menjawab, ”Burung Nughaer Abu
Umair mati.” Mendengar berita itu, maka semenjak itu Rasulullah saw. sering
mengusik Abu Umair jka kebetulan beliau bertemu. Beliau selalu menyapa dengan
kata-kata,
Wahai Abu Umair, apa yang
terjadi dengan burung Nughaermu?
Pada suatu hari Abu Umair
sakit, hingga Abu Talhah sangat bersedih dan gelisah, karena itu ia sering
bolak-balik ke rumah Rasulullah saw. Ummu Sulaem pun mengerti dan memahami
sikap suaminya itu, betapa tidak, anak yang dicintai dan disayanginya kini
berbaring sakit. Namun apa daya, bila sudah berhadapan dengan takdir Allah.
Akhirnya kehendak Allah
datang, Abu Umair meninggal dunia pada waktu Abu Talhah sedang tidak ada di
rumah. Ummu Sulaem berusaha menabahkan diri dan menguatkan imannya, ia
senantiasa berusaha sedapat mungkin memperkecil atau mengalihkan kesedihan
menjadi kegembiraan. Ia menanam dan memetika keriangan dan kebahagiaan
disela-sela musibah, ia yakin akan rahmat Allah yang senantiasa tecurah kepada
hamba-Nya. Ummu Sulaem tidak ingin merusuhkan suaminya yang sedemikian besar
cinta dan kasih sayang kepada anaknya yang hanya satu itu. Ia selalu memelihara suasana riang
gembira dalam rumah tangganya, ia tidak suka mengganggu ketentraman suaminya.
Kemudian Ummu Sulaem
mengurus mayat anaknya, ia memandikannya tanpa memberitahu kepada yang lain
selain anaknya Anas bin Malik, lalu ia berpesan agar peristiwa itu sementara
dirahasiakan dahulu, jangan diceritakan kepada Abu Talhah, biarlah saya sendiri
yang akan memberitahukan kepadanya. Kemudian mayat anaknya itu ditidurkan di
sebuah sudut rumahnya. Setelah itu Ummu Sulaem berdandan dan mengenakan pakaian
yang terbaik, memasak makanan yang lezat untuk menyambut suaminya yang sebentar
lagi akan datang.
Kemudian suaminya datang
seraya menanyakan anaknya,
Bagaimanakah keadaan
anakku?
Ummu Sulaem menjawab dengan
kata-kata yang samar,
Ia lebih tenang keadaannya
dari semula.
Kemudian Ummu Sulaem segera
menghidangkan makan malam, lalu Abu Talhah pun makan, kemudian diajaknya
bergurau hingga terjadilah persetubuhan. Pada malam itu suaminya dapat makan
dengan nikmat, dan dapat tidur dengan pulas dan nyenyak.
Keesokan harinya, pada
waktu subuh, baru rahasia itu dibuka. Ummu Sulaem berkata :
Wahai Abu Talhah, bagaimana
pendapatmu kalau seseorang meminjamkan sesuatu kepada satu keluarga, tiba-tiba
(pemilik barang) itu meminta kembali pinjamanya itu, apakah boleh keluarga yang
dipinjami menolak? Abu Talhah menjawab, “Tidak boleh.” Lalu aku berkata,
“Relakanlah anakmu kepada Allah.”
Maka marahlah Abu Talhah
sambil berkata,
Mengapa engkau sembunyikan
berita itu sehingga telah bersenang-senang denganmu “.
Kemudian Ummu Sulaem
menyambung perkataannya, “Bahwa anak itu adalah pinjaman, dan Allah meminta
agar kita mengembalikannya.” Setelah mendengar perkataan istrinya yang begitu
bermakna, akhirnya Abu Talhah sadar dan rida akan ketetapan Allah. Kemudian Abu
Talhah segera memberitahukan kepada Rasulullah saw. segala kejadian malam itu.
Maka Rasulullah saw. mendoakan Abu Talhah dan Ummu Sulaem.
Semoga Allah memberkahi
kamu berdua dalam malam itu. H.r. Muslim/An-Nawawi, XVI:230.
Doa Rasulullah saw.
diijabah. Kemudian hamillah Ummu Sulem. Lalu lahirlah seorang anak laki-laki
yang diberi nama Abdullah, yang kemudian Abdullah ini menpunyai sembilan anak,
kesemuanya telah hafal Alquran. Dalam riwayat ini terlukis betapa megah dan
bangganya seseorang yang mendapat karunia cucu yang telah hafal Alquran.
Abu Talhah beserta istrinya
adalah sepasang suami istri yang utama, yang layak dijadikan contoh dalam
kehidupan sehari-hari bagi rumah tangga Islam dan juga dalam masyaraktnya.
